Waspada Terhadap 6 Makanan Palsu Berbahaya Asal Cina Ini




Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan beredarnya sejumlah produk makanan palsu yang diproduksi oleh Cina. Salah satu Negara yang menjadi korban dari beredarnya makanan palsu ini adalah Indonesia. Lebih parahnya lagi, produk makanan palsu ini adalah makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat setiap harinya. Berikut ini adalah produk makanan palsu yang sangat berbahaya jika dikonsumsi. Untuk itu waspadalah terhadap 6 pakanan palsu berikut ini :

1. Beras Plastik


Beras yang merupakan makanan pokok ini dipalsukan oleh Cina. Beras ini disebut beras plastik karena terbuat dari kentang, ketela rambat, dan bahan sintetis resin. Semua bahan ini dicampur dan dibentuk seperti beras. beras ini banyak dijual di Taiyuan, Provinsi Shaanzi, dan beredar hingga ke Indonesia. Mengkonsumsi beras ini sangat berbahaya bagi kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kanker lambung. Untuk itu, waspadalah dalam membeli beras.

2. Daging Domba


Tak hanya beras, daging domba pun juga dipalsukan oleh Cina. Para pedagang nakal juga melakukan pemalsuan daging domba yang dijual di pasaran. Mereka memakai daging tikus, rubah, dan cerpelai yang dicampur dengan zat kimia dan menjualnya sebagai daging domba. Zat kimia, seperti nitrat, gelatin, dan carmine ditambahkan pada daging tikus dan rubah sebelum dijual sebagai daging domba. Untuk itu, polisi Cina menyebarkan cara membedakan daging doma asli dengan daging palsu. Daging domba palsu akan mudah terpisah jika direbus.

3. Tahu


Cina juga memproduksi tahu palsu. Mereka mencampur protein kedelai dengan tepung, kemudian menambahkan zat kimia monosodium glutamate, pigmen, dan es untuk membuat tahu palsu. Kemudian mereka mengemasnya dengan nama pabrik yang memproduksi tahu asli. Tak hanya itu, mereka juga menambahkan zat kimia pewarna pakaian yang bisa menyebabkan kanker. Zat itu diakui bisa membuat tahu berwarna lebih terang dan mudah dikonsumsi.

4. Roti dari Kardus


Sejumlah oknum nakal di Cina memotong kardus kemudian mencampurnya dengan zat kimia dan zat perasa daging babi. Kardus dipotong dicampur soda yang biasa digunakan dalam produksi sabun, lalu dicampurkan dengan zat kimia lain dan dicampur dengan zat perasa daging. Bahkan, ada pula yang mendokumentasikan proses pembuatan roti ini dalam video. Namun, pemerintah Cina mengelak dan mengatakan video tersebut bohong belaka.

5. Kepiting Yangcheng


Kepiting ini merupakan kepiting mahal. Karena itulah banyak yang berusaha memalsukannya. Mereka menggunakan kepiting biasa agar bisa dijual dengan harga mahal. Caranya, mereka meletakkan kepiting biasa di air yang berasal dari Danau Yangcheng, hingga menggunakan zat kimia agar kepiting biasa tersebut tampak seperti kepiting Yangcheng yang memiliki banyak rambut. Dalam jangka panjang, zat kimia ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

6. Mie


Mie merupakan salah satu makanan yang banyak digemari oleh masyarakat dari seluruh dunia. Cina pun memalsukan produk makanan ini. Mereka menggunakan tepung beras yang sudah basi dan berjamur. Tepung yang biasa digunakan untuk makanan ternak ini justru digunakan sebagai bahan untuk membuat mie. Tak hanya itu, sejumlah bahan kimia yang bisa menyebabkan kanker seperti sulfur dioxida juga ditambahkan ke dalamnya.

Banyak produsen atau pabrik yang sudah dibekuk oleh polisi di Cina. Beberapa di antara mereka ada yang menggunakan tepung jagung atau nasi yang sudah basi dan memakai pemutih serta boraks dalam produksinya.

Wow, ini benar-benar kejahatan yang tidak bisa dibiarkan. Karena bila makanan-makanan palsu ini dikonsumsi dalam jangka panjang, akan menimbulkan dampak yang berbahaya, seperti penyakit kanker, bahkan kematian. Semoga pemerintah, khususnya di Indonesia bisa mencegah produk makanan palsu ini agar tidak sampai di Indonesia. Apabila memang sudah beredar, semoga pelakunya segera ditangkap dan peredarannya dapat dihentikan secepat mungkin agar tidak lebih banyak lagi masyarakat yang menjadi korban.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Waspada Terhadap 6 Makanan Palsu Berbahaya Asal Cina Ini"

Post a Comment