Gus Dur seperti biasanya menanggapi pujian Castro dengan humornya, berikut:“Ya iyalah. Itu kan karena presiden Indonesia pada gila semua. Soekarno, presiden gila wanita. Soeharto, presiden gila harta. Habibie, presiden yang benar-benar gila ilmu dan teknologi. Nah, saya sendiri presiden yang benar-benar gila yang dipilih oleh orang-orang gila.”
Jadi, Gus Dur sendiri mengakui dirinya gila yang dipilih oleh orang-orang gila. Seperti diketahui, tahun 2000 muncul kasus bulogate dan brunaigate. Kemudian skandal pencopotan menteri, darurat militer Maluku semakin memburuk, Amien Rais yang semula mendukung kini jadi pihak oposisi. Pada bulan Maret 2001, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan di dalam kabinetnya sendiri. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra ketika itu dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur. Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur.
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.
Pada akhirnya roda kepemimpinan tidak mampu tertahan lagi untuk berputar. Sekali lagi kekuasaan seorang presiden harus digulingkan secara tidak hormat. Gus Dur pada akhirnya merasakan kejamnya dunia politik serta pahitnya rasa pil yang harus ditelan mentah-mentah.
Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri. Saat itulah rakyat Indonesia melambai tangan seraya berkata: “Sayonara Gus Dur.”
Detik-detik Kejatuhan Gus Dur
Kisah menegangkan menjelang kejatuhan Gus Dur dari kursi Presiden RI pada 23 Juli 2001 memang kerap dibahas sebagai bagian dari sejarah penting perpolitikan Indonesia. Kekuasaan Gus Dur dihentikan oleh MPR melalui Sidang Istimewa dalam situasi gejolak politik yang cukup panas dan genting. Para pendukung Gus Dur melakukan unjuk rasa besar-besaran di depan Istana. Polisi dan tentara juga berjaga-jaga.
Bahkan, rumah Wakil Presiden Megawati yang dipastikan bakal menggantikan Gus Dur sebagai orang nomor satu RI juga dijaga ketat tentara. Di sana, dua panser juga siap siaga. Suasana di kediaman Mega benar-benar siaga I.
Dari berbagai sumber, termasuk dari buku Gus Dur, Politik dan Militer, terungkap bagaimana panasnya suhu politik saat itu. Berikut ini detik-detik peristiwa menegangkan dibalik kejatuhan Presiden Wahid.
Pada 22 Juli 2001, Minggu malam, para kyai NU, kelompok LSM dan simpatisan mendatangi Istana guna memberikan dukungan pada Gus Dur. Massa pendukung Gus Dur dari berbagai daerah melakukan aksi di Monas dan depan Istana Merdeka Jakarta.
Esoknya, 23 Juli 2001, pukul 01.10 WIB: Gus Dur mengeluarkan dekrit Presiden yang berisi pembubaran parlemen (DPR dan MPR) dan pembekuan partai Golkar, serta mempercepat pemilu. Dekrit ini molor tiga jam dari rencana semula yang akan diumumkan pada 22 Juli, pukul 22.00 WIB.
Pukul 01.30 WIB, MPR menggelar rapat pimpinan yang diketuai oleh Amien Rais. Sesuai menggelar rapat, Ketua MPR menggelar jumpa pers didampingi wakil Ketua Ginanjar Kartasasmita, Hari Sabarno dan Matori Abdul Djalil. Amien meminta TNI mengamankan Sidang Istimewa MPR.
Kemudian pukul 08.30 WIB, MPR menggelar sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid. SI MPR diawali dengan pandangan fraksi-fraksi. Sidang digelar setelah 592 dari 601 anggota MPR dalam sidang sebelumnya menyatakan persetujuannya.
Pukul 12.45 WIB, Alwi Shihab menemui Gus Dur. Presiden menyatakan dirinya dizalimi secara politik oleh orang Senayan. "Gus Dur akan bertahan di Istana," kata Alwi.
Pukul 16.53 WIB, MPR memberhentikan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI dan mengangkat Megawati sebagai Presiden. Mobil RI II seketika diganti RI I.
Selanjutnya Megawati dilantik oleh MPR dan mengucapkan sumpah jabatan sebagai Presiden baru hingga 2004 yang menggantikan posisi Abdurrahman Wahid.
Pada malam harinya, pukul 20.50 WIB, Gus Dur keluar menuju beranda Istana Merdeka dengan mengenakan celana pendek, kaos dan sandal jepit. Dituntun putrinya Yenni serta dan mantan asisten pribadi Zastrouw, Gus Dur melambaikan tangan pada para pendukungnya yang histeris di depan Istana.
Singkat cerita, Presiden RI ke 4 Alm. Abdurrahman Wahid: ”Digulingkan dengan paksa” dari jabatannya oleh keputusan Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001, yang membuatnya terdepak dari Istana sebelum akhir masa jabatannya. Presiden Abdurrahan Wahid (Gus Dur) menduduki kursi kepresidenan hanya 2 tahun 9 bulan.
Tapi setidaknya sudah banyak perjuangan yang dilakukan oleh Gus Dur. Kita harus menghargainya jasa dan perjuangan beliau untuk negeri ini. Karena beliau sangat berjasa bagi negeri dan banyak orang yang meneladaninya. Dan sampai kini beliau masih dikenang oleh banyak orang.
0 Response to "Adakah Yang Tau Mengapa Gus Dur Berhenti Menjadi Presiden? Berikut Ulasannya"
Post a Comment